Mata Kuliah : TEOLOGI PENTAKOSTA
Dosen : Bpk.George Tapiheru
Dosen : Bpk.George Tapiheru
RINGKASAN AKHIR SEMESTER IV
TEOLOGI PENTAKOSTA
BPK. JORGE TAPIHERU
DOSEN PENGAMPUH
BUKU:
THEOLOGY KARISMATIK SANTO LUKAS
Karya: ROGER STRONSTAD
Oleh: Solfianus Ambesa
1111 318 Teologi 2011
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
JAKARTA
2013
------------------------------------------------------------------------------------------------
ROH KUDUS DALAM INJIL LUKAS-KISAH PARA RASUL
Sebuah Tantangan Dalam Metodologi
W. C. Van Unnik memilih judul, Lukas Acts, A Storm Centerin Contemporary Scholarship, mencatat rentetan-rentetan kejadian dalam dunia kesarjanaan yang berkaitan dengan Lukas dalam masa 50-an dan 60-an dengan memasukkan beberapa pokok berikut, yaitu:
1. Hubungan diantara karakter historis dan teologis dari Injil Lukas-Kisah Para Rasul
2. Dugaan adanya pergeseran dalam teologi gereja mula-mula dari pengharapan segera datanya parousia ke sejarah teologi keselamatan yang dijumpai dalam diri Lukas
3. Perbedaan antara Paulus dan Kisah Para Rasul dan Paulus dalam Surat-Surat Kiriman
Dengan mengutip juga dua buku penting dalam tahun 1970, A Theology of the Holy Spirit yang ditulis oleh Frederick Dale Brunner dan Baptisan in the Holy Spirit oleh James Dunn, serta menambahkan juga kontorversi yang bersangkutan dengan Lukas, yakni Arti dari aktivitas Roh Kudus dalam Injil Lukas-Kisah Para Rasul. Kontroversi pada Baptisan dalam Roh Kudus pada hari Pentakosta yang secara tradisi, gereja mengaitkannya dengan pertobatan dan mengidentifikasikannya dengan penyatuan orang percaya dalam tubuh Kristus. Bagi kelompok Metodis (yang menekankan kekudusan) yang menganut ajaran John Wesley, kekudusan berbicara tentang pengudusn yang menyeluruh sebagai “baptisan dalam Roh Kudus.” Dan kaum Pentakosta Fundamentalis akhir abad XIX, memahami baptisan Roh Kudus sebagai pemberdayaan untuk pelayanan (empowering for service), yang menekankan bahwa bahasa lidah (glossolalia) adalah bukti yang esensial bagi baptisan dalam Roh Kudus. Perbedaan-perbedaan metodolgi ini muncul dari keragaman corak sastra dari PB. Misalnya, teologi Roh Kudus dari Lukas yang disimpulkan dari sebuah kita “sejarah” tentang berdiri dan berkembangnya Kekristenan yang terdiri atas dua Jilid, yaitu Jilid Pertama sebagai Injil Lukas dan Jilid Kedua disebut sebagai Kisah Para Rasul. Sedangkan teologi Roh Kudus dari Rasul Paulus diturunkan dari surat-surat kiriman yang dialamatkan kepada gereja-gereja yang berbeda dalam karir misionarisnya, dimana surat-surat itu bersifat circumstantial, yaitu surat yang ditulis untuk keadaan yang khusus dan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan yang khusus atau rencana-rencana yang khusus.
Permasalahan perbedaan ini dapat diselesaikan dengan menemukan arti dari Roh Kudus dalam Injil Lukas-Kisah Para Rasul, dengan memecahkan tiga masalah metodologi yang mendasar, yaitu
- Homogenitas kesusasteraan dan teologis dalam Injil Lukas-Kisah Para Rasul
- Karakter teologi dari historiografi yan dibuat oleh Lukas
- Kemandirian Lukas sebagai seorang teolog.
1. Homogenitas Kesusasteraan dan Teologis dalam Injil Lukas-KisahPara Rasul
Lukas dan Kisah Para Rasul merupakan suatu komposisi tunggal yang terdiri dari dua jilid. (Luk. 1:1-4, Kis. 1:1), yang memiliki kesinambungan teologis atau homogenitas, yang sesungguhnya dalam Luke: Kistorian and Theologian, I. Howar Marshal membuktikan tema-tema penting yang berkaitan seperti keselamatan, pengampunan, saksi, dan Roh Kudus yang merupakan pengikat keduanya, yang dikombinasi dari kisah Yesus dan kisah gereja mula-muladalam satu cerita.
2. Karakter Teologis dari Historiografi Lukas
Orang-orang Pentakosta lebih cenderung menekankan karakter teologis dari naratif-naratif dan kurang menekankan keunikan historisnya, serta lebih memaksimalkan karakter historis dari naratif-naratif dan lebih meminimalkan karakter teologis dari kitab Kisa para Rasul.
3. Kemandirian Lukas
Para sarjana lazimnya mendefinisikan istilah khas Lukas, “dibaptis dalam Roh Kudus” menurut pengertian Paulus, yang ketika memberi instuksi kepada gereja di Korintus dalam 1 Korintus 12:13 dimana metafornya baptisan Roh adalah transformasi rohani yang menempatkan orng percaya dalam Kristus dan yang merupakan akibat dari penerimaan karunia roh yang mereka sebut itu adalah Baptisan Roh. Sesungguhnya menurut Paulus, metafor tersebut menandakan inisiasi dan inkorporasi, yaitu cara masuk atau penyatuan ke dalam tubuh Kristus. Sedangkan menurut Michael Green dalam bukunya yang berjudul I Believe in the Holy Spirit, yang ditinjau oleh Clark Pinnock, membuat suatu pengamatan bahwa pencurahan Roh Kudus menurut Lukas dalam Kissah Para rasul tidaklah seperti Paulus yang berkaitan dengan keselamatan (inisiasi/inkorporasi). Lukas lebih mengaitkan pencurahan Roh Kudus itu dengan pelayanan dan kesaksian. Jadi, Lukas sama sekali tidak mengaitkan kedatangan Roh dengan peristiwa keselamatan.
"KATALISATOR PENTAKOSTA"
William J. Seymor merupakan seorang katalisator
gerakan pentakosta di abad ke-20. Kandang kudanya yang kecil di Jalan Azusa Los
Angelos menjadi pusat kebangunan rohani internasional. Di sana orang kulit
hitam, kulit putih, Amerika Latin dan Eropa berkumpul dan menyembah
bersama-sama. Mereka percaya akan firman Tuhan dan menantikan manifestasinya.
Mereka tidak perduli dengan tetangga yang merasa tertanggu.
Siapakah William J. Seymor?
William J. Seymor merupakan anak laki-laki dari
Simon dan Phylis Seymor. Lahir pada tanggal 2 Mei 1870 di Centerville.
Centerville merupakan sebuah kota kecil yang terletak di bagian selatan dari
Teluk Meksiko. Seymour lahir dimasa ayah
dan ibunya diperbudak pada zaman mengamuknya Ku Klux Klan karena mereka
merupakan orang kulit hitam. Ayah dan ibunya mulai berkebun setelah mereka
dibebaskan. Seymour merupakan anak yang lahir di masa kekerasan. Dia menemukan
jati dirinya dalam Yesus Kristus dan percaya bahwa Tuhanlah satu-satunya
pembebas umat manusia. Dalam usia 25 tahun, akhirnya Seymour mengalahkan
perasaan rendah diri yang mengikatnya dengan meninggalkan tanah airnya,dia berangkat
ke Indianapolis, Indiana (sesungguhnya pada zaman itu, orang kulit hitam di
bagian selatan dilarang untuk meninggalkan tempat itu).
Syemour Berada di Indianapolis
Indianapolis merupakan kota berkembang yang
menawarkan banyak kesempatan. Di Indinapolis Seymour bergabung dengan Gereja
Chapel Keuskupan Methodis Simpson, yang kuat dengan penginjilannya dan tidak
membedakan ras. Kemudian dia pindah lagi ke Cincinnati, Ohio (karena terjadi
masalah ras yang hebat di Indianapolis) dan bergereja di gereja Methodis juga.Namun
doktrin gereja tersebut bertentangan dengannya (Seymour lebih fanatik dengan
John Wesley, yaitu dia percaya akan kuasa doa, kekudusan, dan kesembuhan ilahi
serta penolakan pembedaan ras dalam Tuhan Yesus)sehingga dia pindah lagi ke
Evening Light Saints yang dikenal dengan Gereja Gerekan Reformasi Tuhan. Di
sinilah dia menerima panggilan pelayanannya, meski sempat menolaknya hingga
harus dihajar oleh Tuhan dengan penyakit cacar air yang sangat mematikan selama
3 minggu.
William J. Seymor Sekolah Alkitab
Berawal dari Seymour melakukan penginjilan ke
Texas, Houston. Houston merupakan pusat pelayanannya. Di sana dia bertemu dengan
Penginjil Charles F. Parham dan mengikuti pendidikan di sekolah Alkitab Charles
F. Parham. Pertemuan dan sekolahnya itu terpangaruh oleh kesaksian Ibu Lucy Farrow (dia sering sekali menghadiri
kebaktian Parham, penginjilan atau mission trip bersama Parham dan selalu
menceritakan pengalamannya kepada Seymour). Seymour sebagai mahasiswa mempunyai
rasa lapar akan firman Tuhan. Tidak semua pengajaran yang diajarkan Parham
diterima olehnya. Dia hanya benar-benar menerima kebenaran tentang Pentakosta
dan dia pun mengembangkan teologi Pentakosta.
William J. Seymour Memulai Pelayanannya
Setelah menyelesaikan pendidikannya, pada awal
tahun 1906 dia ingin memulai gereja pentakosta. Namun karena disurati oleh Nona
Neely Terry untuk menggembalakan Jemaat di Los Angeles dan dia berpendapat
bahwa hal itu merupakan panggilan Tuhan, maka dia pun bersedia untuk
menggembalakan jemaat di sana.
Keadaan Rohani Di Los Angeles
Los Angeles kota yang kelaparan rohani. Sebelum
Seymour masuk ke sana, ada beberapa kelompok di sana yang berusaha agar terjadi
kebangunan rohani, yaitu;
- Gereja First Baptist of Los Angeles. Pendetanya Joseph Smale. Dia menimba pengalaman kegerakan kebangunan rohani di Wales, Evan Roberts.
- Seorang penginjil dan jurnalis, Frank Bartleman. Memiliki visi yang sama dan bergabung dengan gerejanya dalam doa. Dia menyurati pendetanya Evan Roberts agar memberi berbagai pengajaran mengenai kebangunan rohani.
- Sister Julia Hutchinson. Sekelompok kecil orang kulit hitam yang lapar untuk lebih mencari Tuhan dan berkumpul untuk berdoa bersama. Ajarannya tentang pengudusan ditentang oleh gembalanya. Gembalanya mengusirnya sehingga mereka membentuk kelompok kecil.
- Kelompok Kecil Sister Julia Hutchinson bergabung dengan Bapak dan Ibu Richard Asbery. Mereka berkembang pesat dan menyewa sebuah aula misi kecil di Jalan Santa Fe. Mereka mengangkat Seymour menjadi gembala. Keputusan itu diambil setelah mereka berdoa.
Tantangan
William J. Seymour dalam Pemberitaan Firman
Tantangan yang dialami oleh Seymour di Los
Angeles datangnya dari;
- Sister Houtchinson sendiri, dan
- Para pengkhotbah kekudusan.
Ditentang karena khotbahnya tentang injil
kesembuhan dan Kristus yang segera datang
serta ajaran tentang Kisah Para Rasul 2:4, yaitu berbicara dalam
bahasa-bahasa lain bahwa seseorang tidak dibaptis Roh Kudus kecuali jika dia
berbicara dalam bahasa lidah seperti yang terjadi di Loteng Atas. Seymour
sendiri belum mengalami baptisan Roh Kudus.
Sikap
Keras Houtschinson Terhadap William J. Seymour
Houtchinson yang menentang dia, bersikap keras
terhadapnya dengan mengunci semua pintu rumah bagi Seymour termasuk kamarnya sendiri di misi itu dan
berkata dengan sangat marah bahwa dia tidak akan mengizinkan pengajaran ekstrem
seperti itu di misi kecilnya di Jalan Santa Fe.
Keluarga
Penolong William J. Seymour
Dalam keadaan seperti itu, Seymour sendiri
tidak memiliki uang yang banyak dan tempat tinggal. Satu-satunya orang yang
menolongnya adalah keluarga Lee. Mereka merasa bertanggung jawab meski ada
sedikit keberatan, Seymour diizinkan untuk tinggal bersama keluarga Lee.
Jalan
Keluar yang ditempuh oleh William J. Seymour
Hal yang dilakukan oleh Seymour saat itu adalah
- tetap berdiam diri di kamarnya, berdoa dan berpuasa sendiri.
- Selang beberapa hari dia mengundang keluarga Lee untuk turut berdoa dengannya. Dari kebiasaan sepertiitu sampai berkembang menjadi persekutuan doa dan dikenal sebagai pendoa. Dalam situasi atau keadaan yang tidak mengenakan, Seymour tetap selalu tersenyum kepada semua orang. William Seymour yang selalu tersenyum ramah itu dikenal sebagai pemimpin yang menyejukkan dan menyedot perhatian semua orang. Keluarga Asbery menyelidiknya dan memintanya pindah ke rumah mereka di Jalan North Bonnie Brae untuk mengadakan kebaktian rutin di sana.
- Diakhiri Februari 1906, mereka mengadakan kebaktian disana berlangung selama empat jam dalam doa sambil memohon baptisan Roh Kudus.
- mengalami perkembangan, Seymour menghubungi Sister Lucy Farrow, teman lamanya.
- Mereka berdoa dan berpuasa selama 10 hari sampai dibaptis Roh Kudus
Mereka terus mengadakan hal-hal di atas sampai
mereka mengalami baptisan Roh Kudus termasuk istirnya Seymour, Jennie Evans
Moore. Mereka merayakan hari baptisan Roh Kudus yang mereka telah alami itu
sebagai hari Pemulihan Pentakosta
Mula-Mula.
Kebaktian
Keluarga Menjadi Gereja
Tanggal 14 April 1906 Seymour dan para penatua
mencari tempat baru dan mereka mendapat gereja lama, bekas gereja Methodis.
Mereka membelinya dan merenovasinya menjadi lebih bagus. Hal ini dikarenakan tempat yang biasa dipakai
untuk beribadah sudah tidak mampu menampung mereka yang ikut dalam ibadah.
Sehingga mereka membeli sebuah gedung tua yang di kawasan daerah industri
bisnis di Los Angeles. Lantai atas gedung di gunakan sebagai gudang dan lantai
dasar digunakan sebagai kandang kuda. Dari sinilah terjadi kegerakan pentakosta
besar-besaran dan mendunia.
Kemunduran Pentakosta Azusa dan Berakhirnya Perjuangan William J. Seymour
Kemunduran ini terjadi dikarenakan ada
beberapa faktor, di antaranya yaitu adanya orang-orang fanatik, pura-pura, dan
palsu menyusup masuk dalam ibadah serta masalah doktrin Syemour tentang
kegerakan Roh Kudus dan pengudusan. Selain permasalahan di atas, salah satu
penyebab terjadi kemunduran adalah faktor kasih dan pengkhianatan. Syemour yang
menikahi istrinya Jennie Evans Moore, tidak menyangka kalau dia Seymour,
dicintai oleh Clara Lum yang merupakan sekretaris misinya. Setelah Syemour
menikahi istrinya Jenni Evans Moore, Clara Lum sekretaris misinya hengkang dari
Azusa dengan membawa semua informasi penting yang berhubungan dengan misi
pelayan gereja Syemour ke luar negeri. Akibatnya putuslah hubungan komunikasi
atau informasi antara gereja Syemour yang di Azusa dengan para misioner dan
juga para donatur yang membantunya selama kemajuan gereja.
Akhir dari kisah kemunduran kegerakan Roh
Kudus di Azusa yang dikatalisator oleh William J. Seymour ditandai dengan
masalah-masalah di atas, dan meninggalnya Nyonya Seymour pada tahun 1936 dan
menyusul William J. Seymour pada tanggal 2 Juli 1936. Istrinya meninggal karena
serangan jantung.
William J. Seymour meninggal dengan
meninggal nama baik, yakni sebagai katasilator kegerkan pentakosta yang terjadi
antara tahun 1906 sampai 1909, yang menurut banyak orang semua itu terjadi
berkata adanya peran Azusa.
Penutup
Demikianlah ringkasan tertentang kegerakan
pentakosta yang dikatalisator oleh William J. Seymour yang terjadi di Azusa.
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar