Kamis, 09 Mei 2013

SINAGOG


Istilah sinagoga berasal dari bahasa Yunani yang berarti “perkumpulan.” Dalam Alkitab, sinagoga menunjuk pada suatu kelompok yang berkumpul bersama untuk beribadat. Tidak dapat dipastikan kapan tepatnya pertemuan yang disebut sinagoga itu dimulai, tetapi ada kemungkinan setelah Babel mengalahkan Yehuda dan mengangkut banyak penduduknya ke tanah pembuangan tahun 586SM (keterangan pada 1:6b-11: pada waktu pembuangan ke Babel: pada tahun 586/587 SM, pasukan Babel menaklukan dan menghancurkan Kota Yerusalem. Mereka menjarah benda-benda suci dari Bait Allah dan membuang orang Yahudi yang tinggal di kota dan sekitarnya ke Babel masa pembuangan itu berakhir pada tahun 538SM ketika bangsa Persia mengalahkan Babel dan mengizinkan orang Yahudi pulang ke tanah airnya di Yudea).  Ketika berada di tanah Babel, orang Israel tidak dapat beribadat dan mempersembahkan kurban di Bait Allah di  Yerusalem sehingga mereka terpaksa mencari cara lain agar tetap dapat beribadat.
Orang Yahudi kemudian juga mulai berpindah ke daerah-daerah lain, terutama ke Mesir, Yunani, dan daerah yang sekarang disebut Turki dan Rusia bagian selatan. Di situ mereka mulai berkumpul untuk beribadat, belajar, dan menjaga identitas kelompok mereka. Pertemuan ini disebut sinagoga. Orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di Palestina terus melakukan pertemuan seperti itu, juga ketika raja-raja dinasti Seleukus berusaha memaksa mereka menyembah dewa-dewi Yunani. Sala hsatu raja dari dinasti ini, Antiokhus IV Epifanes (memerintah Palestina tahun 175-164 SM), menyebut diri sebagai dewa, sebagaimana dilakukan oleh Aleksancer Agung sebelumnya. Imam-imam Yahudi dari keluarga Makabe memimpin pemberontakan melawan Antiokhus. Mereka berhasil memerdekakan orang Yahudi dan memimpin negeri itu. Akan tetapi, tingkah laku para pemimpin dari keluarga Makabe kemudian menimbulkan perpecahan di kalangan rakyat. Sebagian penduduk bahkan tidak bersedia pergi ke Bait Allah untuk beribadat. Mereka lebih suka berkumpul di rumah-rumah dan tempat-tempat umum untuk mempelajari Kitab Suci demi menemukan makna kehidupan sejati mereka sebagai umat Allah.
Demikianlah situasi masyarakat pada masa Yesus (Mrk. 1:21, 6:2) dan zaman para rasul (Kis. 1:12-14, 9:2-20, 13:5). Tempat-tempat pertemuan orang Yahudi di luar Palestina lalu dikenal sebagai “tempat sembahyang” (Kis. 16:16). Setelah pasukan Roma menghancurkan Bait Allah Yerusalem pada tahun 70, imam-imam Bait Allah tidak dapat lagi memimpin ibadat. Dengan hilangnya Bait Allah sinagoga-sinagoga menjadi hal yang paling penting bagi peribadatan Yahudi dan kehidupan komunitas itu di daerah-daerah sekitar Laut Tengah. Orang-orang Yahudi senantiasa berkumpul di rumah-rumah dan tempat-tempat umum, demikian halnya dengan Paulus di Efesus (Kis. 19:8-10). Baru mulai abad ke-2 dan ke-3, rumah-rumah mulai ditaa secara khusus untuk ibadat. Sejak saat itu juga, tempat-tempat pertemuan yang dikhususkan untuk beribadat mulai dibangun. Tempat-tempat pertemuan itu kemudian juga disebut sinagoga. Reruntuhan sinagoga-sinagoga tersebut sampai sekarang masih dapat dijumpai di berbagai tempat di Israel dan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah.

Sumber:  Alkitab Edisi Studi. Halaman 1567

Tidak ada komentar:

Posting Komentar