Jumat, 08 Maret 2013

KUDUS

Berbicara mengenai "kudus" berarti merujuk kepada: DIPISAHKAN.
Kekeliruan yang sering terjadi adalah memikirkan kekudusan Allah dengan istilah-istilah manusia, seperti menggolongkan manusia ke dalam golongan rendah (penjahat-penjahat, orang-orang yang menyimpang), golongan rata-rata (yang mungkin mempunyai nilai etis berkisar 30-40%), golongan terbaik (para hakim dengan nilai 60-70%).

Sesungguhnya menurut Alkitab, kekudusan Allah tidak dapat dikategorikan sama dengan kebaikan manusia. dalam Roma 10:3, Paulus membicarakan tentang dua jenis kebenaran; kebenaran Allah dan kebenaran Manusia. kita bisa mengumpulkan semua kebenaran manusia, namun belum bisa mendekati kebenaran Allah, karena kebenaran Allah itu sangat berbeda dengan kebenaran manusia.

Bila kita berbicara tentang kekudusan Allah, maka tidak boleh memulai dengan etika. karena konsep asali dan fundamentalnya "kudus" bukanlah suatu konsep etis. kudus mengartikan natur (asli, sifat, watak, pembawaan) Allah yang membedakan Allah dari segala sesuatu yang lain. Kudus adalah apa yang memisahkan Allah dari ciptaan-Nya. Kudus berkenaan dengan transendiensi Allah.

Arti fundamental dari kata holy (kudus) adalah "saint" (orang kudus) dan "sanctify (menguduskan). Holy berasal dari rumpun bahasa Jereman, Saint dari rumpun bahasa Latin. Namun keduanya identik. Menurut Alkitab orang kudus bukanlah orang yeng telah mencapai suatu tingkat kebaikan tertentu, tetapi orang yang dipisahkan oleh Allah. orang=orang kudus adalah orang-orang yang dipanggil keluar yang merupakan gereja Allah. hal ini sama seperti di Keluaran 40, dimana Musa diperintahkan untuk menguduskan mezbah dan bejana pembasuhan di tengah-tengah tabernakel. Pasal ini bukan merujuk pada perubahan yang terkandung di dalam natur benda-benda itu. Pengudusan  mengindikasikan bahwa harus dipisahkan untuk suatu kegunaan khusus. Sama halnya dengan Yesus berdoa (Yohanes 17:19). Ayat ini tidak berarti Yesus menjadikan diri-Nya lebih benar (karena YESUS memang sudah benar), namun mengartikan bahwa Yesus memisahkan diri-Nya untuk tugas khusus (tugas memberi keselamatan bagi banyak orang lewat kematian-Nya di kayu salib). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekudusan adalah karakteristik Allah yang memisahkan DIA dari ciptaan-Nya.

Kekudusan memiliki 4 unsur, yaitu

  1. Keagungan; artinya martabat, otoritas kedaulatan, kemegahan atau kebesaran
  2. kehendak; kehendaknya sama sekali lain, yang kemuliaan-Nya tidak terpengaruh oleh kesombongan manusia atau pemberontakan manusia.  Kekudusan sangat dekat dengan "kecemburuan Allah". Allah sangat menolak setiap serangan atas hak istimewa-Nya sebagai TUHAN yang tertinggi atas ciptaan-Nya. Seperti seorang yang sudah menikah pasti tidak mengizinkan orang ketiga yang masuk ke dalam hubungan pernikahan mereka.
  3. murka; adalah suatu bagian dari esensi kekudusan Allah. namun murka tidak bisa disamakan dengan reaksi emosional manusia. karena ini merupakan sikap Allah yang kudus terhadap semua yang menentang Allah, semua yang menginginkan tempat-Nya. ketika iblis berusaha melakukan hal itu, iblis dihakimi. ketika manusia menolak untuk mendapatkan tempat yang diberikan oleh Allah kepada manusia, manusia dihakimi.
  4. kebenaran; tercakup dalam kekudusan, bukan berarti kebenaran adalah kategori yang terbaik yang dengannya kekudusan dapat dipahami tetapi apa yang Allah kehendaki adalah kebenaran. bila timbul pertanyaan; apa yang benar? apa yang bermoral? pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan standar moral atau etis, tetapi merujuk kepada kehendak dan sifat Allah sendiri yang adalah benar. Sifat Allah merupakan dasar yang esensial bagi moralitas atau etika; yang baik atau buruk. jadi bila dimana Allah tidak diakui, maka moralitas atau etika pasti menurun atau merosot. Hanya menaati Allah saja yang menjadikan moralitas atau etika itu memiliki nilai yang tinggi.
http://solfianusambesa59.wix.com/solfianusambesa#!student-life/c11m6


Tidak ada komentar:

Posting Komentar