Sabtu, 16 Maret 2013

KERAJAAN ALLAH

Kita hidup di zaman modern, zaman serba canggih, serba teknologi. Namun sungguh disayangkan, semakin canggih zaman ini, semakin meningkat bahkan sangat canggih juga kejahatan-kejahatan yang terjadi. Rasa bahagia dan aman pun mulai makin kecil. Dalam suasana seperti ini, tentu kita mempunyai beberapa pertanyaan; Apa arti semua kemajuan atau kecanggihan ini? Ke mana kemajuan akan membawa kita? Apakah arti dan tujuan sejarah manusia? Apakah umat manusia mempunyai nasib? atau kita hanya berjalan tersentak-sentak melintasi pentas waktu bagai boneka-boneka kayu, hanya untuk menemukan pentas, para aktor, dan gedung pertunjukan yang hangus oleh api?

Manusia dahulu juga merindukan masyarakat yang ideal atau harmonis. Iman orang Ibrani menyatakan pengharapannya dalam hubungan dengan "Kerajaan Allah". Para nabi mengumumkan suatu hari ketika manusia akan hidup bersama secara damai (Yes. 2:4), bahkan binatang sekalipun hidup berdampingan dengan damai (Yes. 11:6). Sampai datang Yesus orang Nazaret dengan membawa berita; "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat" (Mat. 4:17). Yesus orang Nazaret itu memulai misi-Nya dengan bertemakan "Kedatangan Kerjaan Allah", dalam hal; Pengajaran (Mat. 5:20; 7:21), Karya-karya-Nya (Mat. 12:28), Perumpamaan-perumpaman (Mat. 13:11), dalam ajaran DoaNya (Mat. 6:10), dan janji kepada murid-muridNya di malam sebelum kematianNya. (Luk. 22:29-30), serta janji kedatanganNya kelak nanti (Mat. 25:31, 34).

Namun, bila kita bertanya kepada Gereja atau Orang Kristen; "Apakah yang dimaksudkan dengan Kerajaan Allah itu? Kapan dan bagaimana datangnya? Jawaban pun banyak.
  1. Adolf von Harnack; Kerajaan Allah adalah suatu kekuatan rohani yang masuk ke dalam jiwa manusia dan menguasainya. 
  2. C. H. Dodd; Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang absolut, "sesuatu yang sama sekali lain" yang telah memasuki dimensi waktu dan tempat dalam pribadi Yesus orang Nazaret. 
  3. Albert Schweitzer; Kerajaan yang disampaikan oleh Yesus merupakan suatu kerajaan yang berkaitan dengan wahyu yang akan diawali oleh suatu tindakan adikodrati Allah pada saat sejarah umat manusia terputus dan suatu tata surgawi yang baru dimulai.
  4. Zaman Agustinus, Kerajaan Allah dihubungkan dengan gereja. Waktu gereja bertumbuh, kerajaan Allah bertumbuh dan meluas di dunia pula. 
Sementara ada kelompok lain yang memahami Kerajaan Allah sebagai pola ideal dalam masyarakat. Alkitab juga berkata bahwa "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus" Rm. 14:17.

Sisi lain dari kebenaran Kerajaan Allah menggambarkan fakta bahwa Kerajaan Allah adalah suatu suasana yang sudah dialami oleh para pengikut Yesus Kristus. Paulus menuliskan dalam Kol 1:13, bahwa "Ia (Allah) telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih"

Bila ditelusuri lebih lanjut lagi, maka pada hakekatnya kita akan menemukan tiga kenyataan dari Kerajaan Allah, yaitu:

  1. Kerajaan Allah sebagai pemerintahan Allah
  2. Kerajaan Allah sebagai wilayah yang sekarang dapat kita masuki untuk mengalami kemurahan dan kebaikan pemerintahan Allah.
  3.  Kerajaan Allah sebagai Kerajaan yang akan datang pada saat TUHAN YESUS datang lagi.
Saat berlutut atau berdiri mengangkat tangan berdoa, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga." Hakekatnya telah terjawab oleh Allah dalam caranya Allah, membawa sejarah hidup manusia kepada penggenapan yang telah ditetapkan secara ilahi bagi orang Kristen untuk memiliki keseimbangan dan kesehatan pikiran dalam dunia yang modern atau canggih tetapi menyakitkan ini. 

Jadi, dalam zaman sekarang apa pun suasana yang kita rasakan atau alami dan kita mengharapkan Kerajaan Allah -"Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga-" bahwasanya kerajaan itu sudah terjadi, kita ada di dalam Kerajaan itu (orang-orang yang percaya kepada YESUS KRISTUS), dan kelak nanti bila Yesus Tuhan Allah dan Bapa kita datang lagi.



Jumat, 08 Maret 2013

KUDUS

Berbicara mengenai "kudus" berarti merujuk kepada: DIPISAHKAN.
Kekeliruan yang sering terjadi adalah memikirkan kekudusan Allah dengan istilah-istilah manusia, seperti menggolongkan manusia ke dalam golongan rendah (penjahat-penjahat, orang-orang yang menyimpang), golongan rata-rata (yang mungkin mempunyai nilai etis berkisar 30-40%), golongan terbaik (para hakim dengan nilai 60-70%).

Sesungguhnya menurut Alkitab, kekudusan Allah tidak dapat dikategorikan sama dengan kebaikan manusia. dalam Roma 10:3, Paulus membicarakan tentang dua jenis kebenaran; kebenaran Allah dan kebenaran Manusia. kita bisa mengumpulkan semua kebenaran manusia, namun belum bisa mendekati kebenaran Allah, karena kebenaran Allah itu sangat berbeda dengan kebenaran manusia.

Bila kita berbicara tentang kekudusan Allah, maka tidak boleh memulai dengan etika. karena konsep asali dan fundamentalnya "kudus" bukanlah suatu konsep etis. kudus mengartikan natur (asli, sifat, watak, pembawaan) Allah yang membedakan Allah dari segala sesuatu yang lain. Kudus adalah apa yang memisahkan Allah dari ciptaan-Nya. Kudus berkenaan dengan transendiensi Allah.

Arti fundamental dari kata holy (kudus) adalah "saint" (orang kudus) dan "sanctify (menguduskan). Holy berasal dari rumpun bahasa Jereman, Saint dari rumpun bahasa Latin. Namun keduanya identik. Menurut Alkitab orang kudus bukanlah orang yeng telah mencapai suatu tingkat kebaikan tertentu, tetapi orang yang dipisahkan oleh Allah. orang=orang kudus adalah orang-orang yang dipanggil keluar yang merupakan gereja Allah. hal ini sama seperti di Keluaran 40, dimana Musa diperintahkan untuk menguduskan mezbah dan bejana pembasuhan di tengah-tengah tabernakel. Pasal ini bukan merujuk pada perubahan yang terkandung di dalam natur benda-benda itu. Pengudusan  mengindikasikan bahwa harus dipisahkan untuk suatu kegunaan khusus. Sama halnya dengan Yesus berdoa (Yohanes 17:19). Ayat ini tidak berarti Yesus menjadikan diri-Nya lebih benar (karena YESUS memang sudah benar), namun mengartikan bahwa Yesus memisahkan diri-Nya untuk tugas khusus (tugas memberi keselamatan bagi banyak orang lewat kematian-Nya di kayu salib). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekudusan adalah karakteristik Allah yang memisahkan DIA dari ciptaan-Nya.

Kekudusan memiliki 4 unsur, yaitu

  1. Keagungan; artinya martabat, otoritas kedaulatan, kemegahan atau kebesaran
  2. kehendak; kehendaknya sama sekali lain, yang kemuliaan-Nya tidak terpengaruh oleh kesombongan manusia atau pemberontakan manusia.  Kekudusan sangat dekat dengan "kecemburuan Allah". Allah sangat menolak setiap serangan atas hak istimewa-Nya sebagai TUHAN yang tertinggi atas ciptaan-Nya. Seperti seorang yang sudah menikah pasti tidak mengizinkan orang ketiga yang masuk ke dalam hubungan pernikahan mereka.
  3. murka; adalah suatu bagian dari esensi kekudusan Allah. namun murka tidak bisa disamakan dengan reaksi emosional manusia. karena ini merupakan sikap Allah yang kudus terhadap semua yang menentang Allah, semua yang menginginkan tempat-Nya. ketika iblis berusaha melakukan hal itu, iblis dihakimi. ketika manusia menolak untuk mendapatkan tempat yang diberikan oleh Allah kepada manusia, manusia dihakimi.
  4. kebenaran; tercakup dalam kekudusan, bukan berarti kebenaran adalah kategori yang terbaik yang dengannya kekudusan dapat dipahami tetapi apa yang Allah kehendaki adalah kebenaran. bila timbul pertanyaan; apa yang benar? apa yang bermoral? pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan standar moral atau etis, tetapi merujuk kepada kehendak dan sifat Allah sendiri yang adalah benar. Sifat Allah merupakan dasar yang esensial bagi moralitas atau etika; yang baik atau buruk. jadi bila dimana Allah tidak diakui, maka moralitas atau etika pasti menurun atau merosot. Hanya menaati Allah saja yang menjadikan moralitas atau etika itu memiliki nilai yang tinggi.
http://solfianusambesa59.wix.com/solfianusambesa#!student-life/c11m6